Gak pernah gampang buat aku jadi orang yang punya sifat tempramen banget gini. Kesenggol sedikit pasti langsung emosi. Aku tau.. Sangat amat sifat buruk. Mungkin yang kenal mantan aku, bisa tanya, udah pernah aku lempar apa aja. Helm, mangkok, sepatu, gelas, hape, buanyak lah. Aku sadar ini gak bagus. Aku perempuan, tapi aku kasar. Monster.
Selain itu aku juga secara omongan, menurut orang disekitar aku, aku terlalu nyablak, kasar. I just try to be true, to really get the hell out of my thought from my head. Tapi kalo boleh jujur, aku mungkin ngomongnya kasar, keras, tapi untuk catatan aku kayak gitu cuna ke orang terdekat aku atau orang yang aku care. Alasan gak mutu hahaha. Tapi beneran, ketika aku harus menghadapi orang yang aku gak suka biasanya aku malah calm, it's so satisfied when you smiling at your enemy. Puas banget. Mungkin itu sebabnya aku gak emosi padahal lawan bicaranya orang yang aku gak suka.
Sampai akhirnya kemarin malem, aku harus berantem via WhatsApp dengan seseorang yang itungannya deket lah sama aku. Kebetulan dia juga tempramental banget kayak aku. Topik pembahasan yang bikin ribut sebenarnya gak penting, tapi karena sama-sama gak mau ngalah akhirnya pembicaraan merembet kemana-mana dan... He's stab me exactly on my heart bro.
Sebelumnya perlu kalian tau, orang ini bener-bener orang yang aku percaya banget. Dia tau aku lagi down banget dan mungkin hampir depresi sekarang ini. Banyak masalah banget, lagi diuji Tuhan. Dia pernah aku ceritain salah satu masalahku. I think he should be like a doctor, menjaga privasi dan keadaan pasien. In this case, aku percaya dia bisa jadi pegangan aku karena aku bener-bener depresi.
Back to story, semalem karena cekcok yang gak terlalu penting, dia mengucapkan kalimat yang menurutku bener-bener gak pantes. Ibarat dia bilang "Kaki kamu udah gak bisa disembuhin lagi, besok diamputasi" ke korban kecelakaan. Bahkan lebih parah daripada kalimat itu sih sebenernya, cuma aku gak bisa cerita dia ngomong apa.
Dan semenjak omongan dia, aku jadi diem, makin jatuh, makin down, makin putus asa. Bahkan beberapa kali aku sempet mikir buat ikut papa, papa satu-satunya laki-laki yang gak akan nyakitin hati anak perempuannya ini. Berkali-kali aku mikir itu. Saking udah hancur, sehancur-hancurnya semua yang tersisa dihidup aku.
Dari kejadian ini, aku bisa mikir bahwa omongan (dalam cerita ini tulisan soalnya via chat) bisa melukai seseorang dan mungkin bahkan bisa membunuh orang lain. Pernah denger kan..
Lidah lebih tajam daripada pedang?
Mungkin di jaman sekarang lebih cocok:
Jempol lebih tajam daripaha pedang.
Poin yang perlu diingat lagi adalah ketika seseorang menceritakan ke kamu masalah atau apapun yang melukai dirinya, kelemahan dirinya, itu karena orang itu percaya sama kamu. Jadi, amanah lah. Hal yang paling sangat menjijikan adalah ketika terjadi sesuatu, kayak berantem atau apa, kamu justru menggunakan kelemahannya buat nyerang. OMG.. One of the most disgusting way to win a battle.
Jadi lebih berhati-hatilah memilih orang yang kamu percaya.
A friend is nothing but a known enemy. -Kurt Cobain
P.S. Gak semua temen kayak gitu.