Click If You LOVE Indonesia!

Thursday, February 23, 2017

My Ex is My Friendemy

Gak pernah gampang buat aku jadi orang yang punya sifat tempramen banget gini. Kesenggol sedikit pasti langsung emosi. Aku tau.. Sangat amat sifat buruk. Mungkin yang kenal mantan aku, bisa tanya, udah pernah aku lempar apa aja. Helm, mangkok, sepatu, gelas, hape, buanyak lah. Aku sadar ini gak bagus. Aku perempuan, tapi aku kasar. Monster.

Selain itu aku juga secara omongan, menurut orang disekitar aku, aku terlalu nyablak, kasar. I just try to be true, to really get the hell out of my thought from my head. Tapi kalo boleh jujur, aku mungkin ngomongnya kasar, keras, tapi untuk catatan aku kayak gitu cuna ke orang terdekat aku atau orang yang aku care. Alasan gak mutu hahaha. Tapi beneran, ketika aku harus menghadapi orang yang aku gak suka biasanya aku malah calm, it's so satisfied when you smiling at your enemy. Puas banget. Mungkin itu sebabnya aku gak emosi padahal lawan bicaranya orang yang aku gak suka.

Sampai akhirnya kemarin malem, aku harus berantem via WhatsApp dengan seseorang yang itungannya deket lah sama aku. Kebetulan dia juga tempramental banget kayak aku. Topik pembahasan yang bikin ribut sebenarnya gak penting, tapi karena sama-sama gak mau ngalah akhirnya pembicaraan merembet kemana-mana dan... He's stab me exactly on my heart bro.

Sebelumnya perlu kalian tau, orang ini bener-bener orang yang aku percaya banget. Dia tau aku lagi down banget dan mungkin hampir depresi sekarang ini. Banyak masalah banget, lagi diuji Tuhan. Dia pernah aku ceritain salah satu masalahku. I think he should be like a doctor, menjaga privasi dan keadaan pasien. In this case, aku percaya dia bisa jadi pegangan aku karena aku bener-bener depresi.

Back to story, semalem karena cekcok yang gak terlalu penting, dia mengucapkan kalimat yang menurutku bener-bener gak pantes. Ibarat dia bilang "Kaki kamu udah gak bisa disembuhin lagi, besok diamputasi" ke korban kecelakaan. Bahkan lebih parah daripada kalimat itu sih sebenernya, cuma aku gak bisa cerita dia ngomong apa.

Dan semenjak omongan dia, aku jadi diem, makin jatuh, makin down, makin putus asa. Bahkan beberapa kali aku sempet mikir buat ikut papa, papa satu-satunya laki-laki yang gak akan nyakitin hati anak perempuannya ini. Berkali-kali aku mikir itu. Saking udah hancur, sehancur-hancurnya semua yang tersisa dihidup aku.

Dari kejadian ini, aku bisa mikir bahwa omongan (dalam cerita ini tulisan soalnya via chat) bisa melukai seseorang dan mungkin bahkan bisa membunuh orang lain. Pernah denger kan..
Lidah lebih tajam daripada pedang?
Mungkin di jaman sekarang lebih cocok:
Jempol lebih tajam daripaha pedang. 

Poin yang perlu diingat lagi adalah ketika seseorang menceritakan ke kamu masalah atau apapun yang melukai dirinya, kelemahan dirinya, itu karena orang itu percaya sama kamu. Jadi, amanah lah. Hal yang paling sangat menjijikan adalah ketika terjadi sesuatu, kayak berantem atau apa, kamu justru menggunakan kelemahannya buat nyerang. OMG.. One of the most disgusting way to win a battle.

Jadi lebih berhati-hatilah memilih orang yang kamu percaya.

A friend is nothing but a known enemy. -Kurt Cobain

P.S. Gak semua temen kayak gitu. 

Tuesday, February 21, 2017

Not Responding Brain of Mine

Hai.

Gak kerasa ternyata udah 3 tahun sejak terakhir kali aku nulis. Banyak yang terlewat dan gak aku ceritain. Sebenernya agak jijik juga buat mulai nulis disini lagi. I mean, look at my old posts dari jaman masih pake "gue" ke "aku" ke "gue" lagi, all those cheesy stories (omg.. i need to puke), look at my header (oke ini super menjijikan), look at that profile picture, and that bio aku nulis "17 years old", kalo sekarang baca rasanya pengen ngomong ke aku yang dulu "17 tahun mbahmu". Rasanya pengen sembunyi, malu sama diri sendiri. Iya.. Iya.. I'm gonna fixed that soon. Besok aku bersih-bersih dan ngebenerin blog ini pake gambar dan foto yang lebih enak, gak bikin katarak, dan sedap dipandang mata.




That's GROSS! 😷

Dari semua post yang aku baca ulang, kayaknya aku bisa menyimpulkan. Bahwa aku bakalan nulis disaat dua waktu: aku seneng banget atau aku sedih banget. Bukan berarti kalo sedih atau seneng pasti nulis lho ya, bedakan. 

Kenapa sih kok nulis lagi setelah sekian lama? Ya.. Aku juga gak tau, aku ngerasa udah gak ada lagi manusia didunia ini yang mau dengerin semua keluh kesah aku. Tiba-tiba aja keinget blog yang udah hampir jadi fosil ini. Dan juga kemarin sempat ada temen yang bilang "nulis lagi dong", mungkin cuma basa-basi tapi aku pikir "iya juga ya". 

Einstein, ya Albert Einstein.. Dia pernah bilang..

The man with greates soul will always face the greatest war with low minded person.

Aku suka banget quote itu dan aku ngerasa, anjir ini quote fits perfectly in most of time in my life. Gak tau ya mungkin aku terlalu ribet atau otakku mendekati gila apa gimana, aku ngerasa gak banyak orang yang bisa "click" buat nerima cerita-cerita aku. Walaupun gak semua, tapi rata-rata mereka yang aku ajak cerita ini adalah orang-orang super judgmental yang susah buat think out of the box, dan bahkan gamau mengakui bahwa their is another point of view. Lama-lama aku jadi males dan ngerasa ngomong sama orang kayak gini nih super useless dan karena hal itu lah aku ngerasa nulis mungkin bisa lebih melegakan.

Ya pokoknya, begitulah. Semoga dengan nulis, aku bisa sedikit ngobati kegilaanku belakangan ini. Karena memang tak mudah menerima kenyataan ketika kita kehilangan apa yang kemarin masih kita miliki. I feel like there's bug in my head. I need to upgrading myself to fixed this bug problem. 

Ada yang udah nonton Passenger? Buat yang belum tau (awas spoiler), jadi Passanger ini cerita tentang pesawat luar angkasa dari bumi dikirim ke sebuah planet yang jaraknya 120 taun baru sampai. Jadi penumpangnya itu pas berangkat kayak di hibernasiin disebuah box capsule gitu supaya gak tua dan mati dijalan. Tapiii, ditengah jalan ini pesawatnya nabrak dan ada 1 hibernation capsule yang kebuka, padahal baru 30 tahun perjalanan which is masih 90 tahun lagi untuk ke tujuan. Nah.. Ada scene ketika si tokoh laki-laki nanya ke robot bartender, intinya: ini aku kok bisa kebangun dari hibernation capsule? Cara benerinnya gimana biar aku bisa tidur hibernasi lagi. (Secara kalo gak tidur lagi, dia pasti mati dijalan)

Si robot ini kayak manusia, dia bisa diajak ngobrol dan nyambung bisa diajak cerita. Programmernya super keren pikirku. Tapi, yang namanya kecerdasan buatan gak akan menandingi ciptaan Tuhan.

Ketika ditanya kayak gitu, si robot jawab: gak mungkin capsulenya rusak.

Si tokoh utama ini menanyakan lagi pertanyaan lain buat meyakinkan si robot kalo emang capsulenya rusak. Dia bilang: "kalo kapsul gue bener ngapain gue disini ama lo?" Dan beberapa pertanyaan lain pokoknya buat nyadarin si robot kalo emang capsule dia rusak. Tapi tetep aja, sepertinya si robot di program bahwa capsule dipesawat itu gak bisa rusak.

Sampai akhirnya si tokoh utama melakukan conversation ini:

Tokoh Utama: pesawat ini perjalanannya berapa lama?
Robot: 120 tahun.
TU: sekarang udah berapa tahun perjalanan?
R: 30 tahun.
TU: berarti masih kurang berapa tahun lagi?
R: 90 tahun.
TU: nah.. kalo masih kurang 90 tahun kenapa gue duduk disini sama elo anjir?
R:............

Si robot gedek-gedek palanya kayak nge-hang. Nah.. Dari situ kita tau si robot emang gak di program untuk pemikiran "failed capsule hibernation".

Nah.. Kayak gitu yang sepertinya aku alami. Ada part diotak aku yang emang sepertinya diprogram untuk gak menerima keadaan ini. Makanya sekarang aku rusak kayak "si robot" dalam film Passenger. Crash program mungkin ya kalo di komputer. I wish i could met someone who can fixed it. Atau coba aja didunia ada ctrl + alt + del, bisa buka task manager terus close program dari situ, wkwk.

Ya udah lah, begitu dulu aja. Jangan lupa makan ya.